
GENERASI MUDA QUR’ANI
GENERASI MUDA QUR’ANI
Oleh; Miftahul Jannah binti Zainun
Santri Pondok Pesantren Daarun Nahdhah (Kelas IV/XA PDF)
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan. Menerapkan al-Qur’an dalam kehidupan sangatlah penting karena al-Qur’an akan mengarahkan kita kepada jalan yang diridhai oleh Allah, menunjukkan “’amar ma’ruf nahi munkar” serta menjadi imam kita sampai di hari akhirat kelak. Jatuh bangunnya umat Islam tidak terlepas dari jauh dekatnya umat dengan kitab sucinya. Bila umat Islam benar-benar menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya niscaya umat Islam akan maju, berjaya dan sejahtera. Namun jika sebaliknya, maka kesengsaraan dan kehancuran akan menimpa umat Islam.
Upaya untuk menjadikan al-Qur’an sebagai “shirat al-mustaqim”
harus digalakkan dan terus dilakukan oleh umat Islam terutama kepada generasi muda yang akan menjadi pemegang estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Mempersiapkan generasi muda yang tangguh dan siap melanjutkan estafet kepemimpinan umat merupakan tanggung jawab kita bersama. Bahkan, al-Qur’an telah memperingatkan jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah, dalam ayat berikut disebutkan: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang khawatir terhadap kesejahteraanya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
(QS. An-Nisa’ [4]: 9).
GENERASI MUDA QURÁNI
Menurut hemat penulis, generasi muda yang sanggup melanjutkan kepemimpinan dan mampu membangkitkan kejayaan umat Islam adalah generasi muda qur’ani, yang memiliki ciri dan karakter sebagai berikut:
Menurut hemat penulis, generasi muda yang sanggup melanjutkan kepemimpinan dan mampu membangkitkan kejayaan umat Islam adalah generasi muda qur’ani, yang memiliki ciri dan karakter sebagai berikut:
Pertama, menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam segala aspek kehidupan. Al-Qur’an dikenal juga sebagai kitab hudan (petunjuk) terutama bagi umat Islam. Secara umum isi kandungan al-Qur’an mencakup aspek ibadah, syari’ah, muamalah dan akhlak. Keempat aspek tersebut menjadi pedoman bagi kita untuk meraih hasanah (kebaikan) di dunia dan akhirat. Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam menghadapi persoalan hidup, sebagaimana dalam ayat; “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. (QS. Al-Baqarah [2]: 45). Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah dan para sahabat kala itu mempraktekkan dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan ini. Bahkan ketika Aisyah r.a. ditanya mengenai akhlak Rasulullah, ia menjawab: “Akhlaq beliau adalah al-Qur’an.” (HR. An Nasa’i). Begitulah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita, karena itu agar menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan dalam segala aspek kehidupan maka harus dimulai sejak dini dengan belajar membaca iqra’, juz ‘amma dan seterusnya. Kemudian berlatih untuk menghafal al-Qur’an sejak dini karena daya tangkap atau rekaman anak masih kuat. Di akhirat kelak, al-Qur’an akan menjadi syafa’at (penolong) bagi penghafalnya, para ahli qur’an adalah keluarga Allah di langit dan dibumi, menjadi salah satu mahkota untuk kedua orang tuanya di akhirat nanti, mendapat ridho Allah.
Kedua, menjaga hubungan dengan sesama muslim (hablum minannas). Islam adalah agama yang kaffah (menyeluruh) atau komprehensif, tidak hanya tentang bagaimana beribadah kepada Allah Swt, namun juga mengatur bagaimana silaturrahmi antara sesama manusia, baik itu keluarga, tetangga ataupun saudara sesama muslim. Bahkan al-Qur’an menegaskan bahwa seseorang itu jika tidak menyeimbangkan antara hubungannya dengan Allah dan sesama manusia maka tergolong kepada kehinaan. Di dalam hadis pun Rasulullah menjelaskan bahwa tidak sempurna iman seseorang jika ia tidak mencintai saudaranya sendiri.
Ketiga, berakhlak mulia. Akhlak mulia merupakan karakter umat Islam, karena akhlak mulia merupakan cerminan dari ibadah seseorang. Dan akhak mulia juga menjadi tujuan utama Rasulullah diutus ke muka bumi ini. “Sesungguhnya aku (muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. (HR. Bukhari dan Muslim). Terwujudnya akhlak mulia tentu tidak terlepas dari peran orang tua dan lingkungan sekitarnya. Orang tua menjadi teladan utama dalam keluarga, mereka yang mendidik anaknya kepada kebenaran dalam pembentukan karakter awal anak dan orang tua jugalah yang menjadi pengenal dan penanam prinsip-prinsip keimanan, sebagaimana yang dicontohkan Luqmanul Hakim kepada anak-anaknya.
Untuk membangun generasi qur’ani ini tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu upaya yang keras dan dukungan dari semua pihak agar tujuan mulia ini tercapai, di antaranya dukungan dari orang tua dan mendidik anaknya kepada kebenaran dalam pembentukan karakter awal anak dan orang tualah yang menjadi pengenal dan penanam prinsip-prinsip keimanan. Dengan kata lain keluarga merupakan cerminan keteladanan bagi generasi baru. Oleh karena itu perhatian orang tua terhadap pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun generasi qur’ani. Generasi kita saat ini yang disebut generasi milenial seperti yang sering kita lihat di media masa sungguh disayangkan, tanpa mengabaikan beberapa keberhasilan dalam dunia pendidikan ternyata kita lebih banyak dihadapkan pada potret buram generasi saat ini baik itu di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Untuk mengatasi ini semua kita sungguh membutuhkan generasi yang berotak cerdas, berwawasan luas, serta mau bekerja keras, tapi yang paling penting selalu berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah.
GENERASI MUDA QURÁNI
Jadi, generasi qur’ani adalah generasi yang menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam segala aspek kehidupan; menjaga hubungan dengan sesama muslim (hablum minannas); dan generasi yang berakhlak mulia. Generasi itulah yang kelak menjadi pelopor bangkitnya kejayaan umat Islam.